MARI MAKMURKAN MASJID DAN GAPAI FADHILAHNYA

img_4212

Albirrupertiwi.com Masjid dibangun bukan saja sebagai tempat kemudahan beribadah, tetapi juga untuk menjadi katalis pembangunan dan lambang keutuhan serta kesatuan umat Islam. Jika kita menyorot sejarah, Masjid telah menjadi pusat aktivitas Rasulullah Saw. Di masjid inilah Baginda merancang dan membangun umat. Sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya juga memelihara sunah itu, hinggalah Islam berkembang ke seluruh semenanjung Tanah Arab dan seterusnya ke Eropa, Cina, Asia, dan seluruh dunia seperti yang kita lihat pada hari ini.

Konsep dan fungsi masjid di zaman awal Islam itu mempunyai makna yang cukup besar untuk diteladani. Sekurang-kurangnya dalam konteks bagi memakmurkan dan memeriahkan masjid dengan menyusun rancangan-rancangan yang teratur dan strategis.

Memakmurkan masjid atau yang biasa disebut dengan istilah imarotul masjid, menurut para ulama terbagi menjadi dua bagian, yang keduanya sama-sama menjanjikan kemuliaan, yaitu memakmurkan dari sisi fisik bangunan, dan tentu saja memakmurkan dari sisi mengisinya dengan ibadah, syiar dakwah dan kebaikan lainnya. Keduanya bukanlah pilihan yang harus dipilih salah satu, namun harus diupayakan bisa berjalan bersamaan. Tidaklah layak masjid rapuh nan kotor sementara jamaahnya berlimpah, sebagaimana juga tak layak masjid berdiri megah namun minim jamaahnya dalam hal ibadah dan syiar dakwah.  Karenanya, mari kita coba sedikit telaah tentang apa saja yang bisa kita lakukan dalam hal memakmurkan masjid dengan dua makna di atas.

Pertama : Memakmurkan Masjid dari sisi fisik

Yang pertama tentu seputar keutamaan membangun masjid, khususnya di wilayah yang memang sangat membutuhkan. Kita ingat bagaimana langkah awal yang dilakukan Rasulullah SAW setelah berhijrah ke Madinah untuk memulai sebuah peradaban Islam, yaitu membangun masjid.

Karenanya membangun masjid dengan niatan ikhlas hanya karena Allah semata, bukan mengharapkan simpati atau riya dari masyarakat di sekitarnya, dijanjikan pahala yang luar biasa. Maka sungguh menyedihkan jika hari ini kita melihat, orang kaya tidak sedikit di negeri ini namun masih kita temukan masjid yang dibangun dengan mengandalkan kotak infak yang disiapkan untuk menghadang jalan dan menimbulkan kemacetan.  Padahal Rasulullah SAW jelas-jelas memotivasi kita dalam hal ini, beliau bersabda :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ. رواه متفق عليه

 “ Barang siapa membangun masjid, maka Allah akan membangunkan baginya masjid yang sama di surga” (HR. Bukhori dan Muslim)

Setelah masjid sukses dibangun, sebagai sebuah tempat ideal menjalankan ibadah penuh kekhusyukan, maka masjid haruslah senantiasa dalam kondisi bersih yang membuat nyaman mereka yang berada di dalamnya. Kebersihan secara umum semestinya menjadi ciri khas kaum muslimin, apalagi dalam hal ini yang berkaitan tentang tempat ibadah sehari-hari, tempat dimana kita tubuh kita tersungkur dan bersujud berserah diri dihadapan Allah SWT dalam sholat-sholat kita.  Karenanya syariat kita menjanjikan pahala pada setiap amal yang dilakukan dalam rangka menjaga kebersihan masjid. Kepada mereka yang gemar membersihkan masjid meskipun dengan cara sederhana, Rasulullah SAW memberikan isyarat pahala, beliau bersabda :

عُرِضَتْ عَلَيَّ أُجُوْرُ أُمَّتِي حَتَّى القَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنَ الْمَسْجِدِ. رواه أبو داود

  “Aku diperlihatkan pahala atas hal-hal yang diperbuat umatku, (sampai-sampai) satu kotoran yang dikeluarkan oleh seseorang dari dalam masjid” (HR. Abu Daud).

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa upaya sederhana apapun untuk menjaga kebersihan masjid, ternyata mempunyai nilai pahala yang tinggi hingga termasuk dalam amal-amalan yang secara khusus diperlihatkan kepada nabi pahalanya.

Kedua : Memakmurkan Masjid Secara Maknawi

Pembangunan masjid secara fisik juga harus diikuti dengan upaya memakmurkannya secara maknawiyah, dalam arti meramaikannya dengan jamaah sholat, menghidupkannya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bersifat ibadah maupun dakwah, yang semuanya menjadi sarana untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah SWT.

Spanduk ajakan sholat berjamaah di masjid al-birru pertiwi

Pekerjaan rumah pertama memakmurkan masjid dari sisi ini adalah bagaimana mengkondisikan hati dari seorang muslim, senantiasa mengarah pada masjid. Ia merindukan masjid dan merasakan ketenangan dan kenyamanan, betah saat berada di dalamnya.

Siapakah Yang berkewajiban memakmurkan Masjid?

Mungkin banyak yang beranggapan bahwa yang berkewajiban dan bertugas memakmurkan masjid adalah Takmir Masjid (seorang / kelompok yang ditunjuk untuk mengelola masjid). Sehingga maju mundurnya masjid merupakan tanggungjawab Takmir Masjid. Anggapan tersebut merupakan kesalahan yang sangat fatal sebab yang berkewajiban dan berhak memakmurkan masjid adalah semua warga Muslim baik yang berada dekat maupun jauh dari masjid  Firman Allah swt dalam QS. At-Taubah: 18

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya yang memakmurkan masjid masjid Allah hanyalah orang orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah mudahan mereka termasuk orang orang yang mendapat petunjuk“. (Q.S at Taubah 18).

Keutamaan Memakmurkan Masjid

Banyak sekali kita temukan sabda Rasulullah saw yang menjelaskan tentang keutamaan menghidupkan dan memakmurkan masjid yang tentu dapat dilakukan oleh semua orang Islam tanpa terkecuali baik itu Takmir Masjid, warga muslim yang tinggal jauh maupun dekat masjid, laki laki, perempuan, remaja dan orang tua. Adapun keutamaan memakmurkan masjid adalah sebagai berikut;

1.   Membuktikan Kebenaran Iman

Kedatangan seorang muslim ke masjid dalam rangka memakmurkan masjid dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakatnya membuatnya harus diakui sebagai orang yang dapat membuktikan keimanan, karenanya kitapun tidak perlu lagi meragukan keimanan orang yang suka datang ke masjid, Rasulullah saw bersabda:

اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ. رواه الترمذي

Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman” (HR. Tirmidzi).

2.   Mendapatkan Perlindungan Pada Hari Kiamat.

Orang yang sering datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya menunjukkan bahwa ia memiliki ikatan batin dengan masjid. Kecintaan kita kepada masjid memang seharusnya membuat hati kita terpaut kepadanya sejak kita keluar dari masjid hingga kembali lagi ke masjid. Manakala seseorang telah memiliki ikatan hati yang begitu kuat dengan masjid, maka dia akan menjadi salah satu kelompok orang yang kelak akan dinaungi oleh Allah pada hari akhirat, Rasulullah saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ. رواه متفق عليه

Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.   Derajat Yang Tinggi dan Ampunan.

Mencapai derajat yang tinggi dan memperoleh ampunan dari Allah swt merupakan dambaan setiap muslim, untuk meraihnya bisa dilakukan dengan datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya. Manakala seseorang suka ke masjid, maka langkah-langkah kakinya akan dinilai sebagai penghapus dosa dan pengangkat derajat, Rasulullah saw bersabda:

صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَضْعُفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَسُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ ضِعْفًا وَذَالِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَيُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَخُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّى عَلَيْهِ مَادَامَ فِى مُصَلاَّهُ مَالَمْ يحدثْ اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلاَيَزَالُ فِى صَلاَةٍ مَاانْتَظَرَ الصَّلاَةَ. رواه متفق عليه

Shalat seseorang dengan berjamaah itu melebihi shalatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat. Sebabnya ialah karena bila ia berwudhu dilakukannya dengan baik lalu pergi ke masjid sedang kepergiannya itu tiada lain dari hendak shalat semata-mata, maka setiap langkah yang dilangkahkannya, diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuskan dosanya sebuah. Dan jika ia sedang shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu selagi ia belum berhadats, kata mereka: “Ya Allah, berilah orang ini rahmat, Ya Allah kasihilah dia. Dan orang itu dianggap sedang shalat sejak ia mulai menantikannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda:

 مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى  إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهَا تَحُطُّ خَطِيْئَتَهُ وَاْلأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَتَهُ  

Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia berjalan untuk mendatangi salah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, demi menunaikan suatu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah, maka salah satu dari setiap langkahnya itu akan menghapuskan dosa serta langkah yang satunya lagi akan mengangkat derajatnya” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi dan Hakim).

4.   Ketenangan dan Rahmat.

Memakmurkan masjid membuat seorang muslim akan memperoleh ketenangan, rahmat dan kemampuan melewati jembatan menuju surga, Rasulullah saw bersabda:

اَلْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرُّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ اِلَى رِضْوَانِ اللهِ اِلَى الْجَنَّةِ. رواه الطيراني

Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni syurga” (HR. Thabrani)

5.   Menanti Shalat Dianggap Shalat.

Orang yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid amat bagus bila menanti beberapa saat sebelum masuk waktu shalat agar ia tidak termasuk orang yang terlambat. Manakala ia menanti pelaksanaan shalat berjamaah, maka penantiannya itu termasuk dinilai sebagai waktu yang digunakan untuk shalat, ini berarti bila shalat hanya berlangsung lima menit dan ia menantikan pelaksanaan shalat selama lima menit, maka ia seperti melaksanakan shalat selama sepuluh menit, demikian yang kita pahami dari hadits di atas. Karena itu, menanti shalat berjamaah memiliki keistimewaan tersendiri bagi kaum muslimin, Rasulullah saw bersabda:

لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَادَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ. رواه متفق عليه

Selalu seseorang teranggap dalam shalat selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada yang menahannya untuk kembali ke rumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat“. (HR. Bukhari dan Muslim).

Salah satu upaya Takmir untuk menghidupkan masjid dengan sholat berjamaah

6.   Langkah Yang Jauh Menambah Pahala

Keutamaan yang juga amat istimewa bagi orang yang melaksanakan shalat berjamaah adalah ia akan memperoleh pahala yang lebih besar bila jarak tempuhnya menuju masjid atau mushalla lebih jauh lagi karena langkah-langkah kakinya akan dihitung dan dicatat, Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ فِى الصَّلاَةِ أَجْرًا أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى. رواه مسلم

“Sesungguhnya orang yang terbesar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalanannya”. (HR. Muslim dari Abu Musa).

Kepastian dicatatnya langkah-langkah menuju masjid membuat sahabat Bani Salamah tidak jadi pindah ke dekat masjid, apalagi Rasulullah saw menekankan agar sahabat Bani Salamah tetap tinggal di daerah yang lebih jauh dari masjid, hal ini diceritakan oleh sahabat Jabir ra:

خَلَتِ الْبِقَاعُ حَوْلَ الْمَسْجِدِ فَأَرَادَ بَنُو سَلَمَةَ أَنْ يَنْتَقِلُوْا إِلَى قُرْبِ الْمَسْجِدِ فَبَلَغَ ذَالِكَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّهُ بَلَغَنِى أَنَّكُمْ تُرِيْدُوْنَ أَنْ تَنْتَقِلُوْا قُرْبَ الْمَسْجِدِ؟ قَالُوا: نَعَمْ يَارَسُوْلَ اللهِ قَدْ أَرَدْنََا ذَالِكَ. فَقَالَ: يَابَنِى سَلَمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ. رواه أحمد وأبو داود

Di sekitar masjid terdapat tanah-tanah kosong, maka Bani Salamah ingin pindah ke dekat masjid. Hal itu sampai ke telinga Nabi, maka sabdanya: “Kudengar berita bahwa kamu akan pindah ke dekat masjid, benarkah itu?.” Ujar mereka: “Benar Ya Rasulullah, kami bermaksud demikian”. Beliaupun bersabda: “Wahai Bani Salamah, tetap sajalah di tempatmu masing-masing, langkah-langkahmu pasti dicatat”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dengan keutamaan yang sedemikian besar dan mulia, seharusnya kita semakin termotivasi untuk memakmurkan dan memiliki tanggungjawab yang lebih besar.