Sekilas Tentang Nama Masjid “Al-Birru Pertiwi”
(Foto: Dr. Komarudin Hidayat saat memberikan taushiyah pada peresmian masjid Al-Birru Pertiwi, tanggal 25 Januari 2014 yang lalu)
Banyak yang bertanya mengapa masjid ini dinamakan Al-Birru Pertiwi. Pertanyaan itu muncul, mungkin, nama ini dianggap belum jamak, di mana nama masjid ini memadukan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Tetapi bagi yang mengetahui latar belakang munculnya nama ini, tentu bukan sesuatu yang aneh, atau bahkan nama ini adalah nama yang indah yang penuh dengan makna.
Pertiwi, adalah nama ibu kandung dari bapak Supramu Santosa bersaudara, pendiri dan yang membangun masjid ini. Bahkan, lahan tanah yang di atasnya dibangun masjid ini juga merupakan harta warisan dari Ibu Pertiwi. Sementara kata “Al-Birru”, sebagaimana kita ketahui sering digunakan dalam kalimat yang menggambarkan perbuatan baik kepada kedua orang tua. “Birrul Walidain” yang berarti berbakti kepada kedua orang tua sudah sangat jamak kita dengar.
Dari sini kita bisa mengetahui apa sebenarnya yang dikehendaki bapak Supramu bersaudara dari penamaan masjid ini. Bahwa masjid ini adalah perwujudan dari bakti beliau untuk Ibundanya tercinta.
Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN), saat memberikan taushiyah pada acara peresmian masjid ini juga memaparkan makna serupa. Beliau mensitir sebuah ayat al-qur’an yang secara khusus membicarakan definisi “Al-Birru” ini.
Ayat tersebut adalah:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqoroh, 177)
Dari ayat ini, DR. Komarudin Hidayat menjelaskan bahwa Al-Birru atau kebajikan itu tidak hanya dapat diwujudkan dalam bentuk ibadah saja. Tetapi lebih dari pada itu, kebajikan (al-birru) meniscayakan perbuatan-perbuatan dengan dimensi sosial dan spiritual sekaligus. Ayat ini, masih kata DR. Komarudin, tidak hanya menggambarkan “Al-Birru” dengan iman kepada Allah, hari akhir, malaikat dst. Tidak juga hanya dengan ibadah sholat dan zakat. Tetapi, termasuk dari karakter dari Al-birru adalah mau berbagi dan mendermakan sebagian harta kepada orang lain. Termasuk karakter Al-birru pada ayat tersebut adalah sifat amanah atau menunaikan janji dan berprilaku sabar baik di waktu senggang maupun sempit.
Maka, dari nama masjid “Al-Birru” ini pula kita semua berharap bahwa masjid ini tidak hanya menjadi perwujudan kebajikan dari para pendirinya, tetapi juga akan menjadi mercusuar bagi kebajikan seluruhnya. Masjid ini akan menjadikan orang-orang yang menghidupkan dan memakmurkannya memiliki karakter Al-birru, menyebabkan masyarakat yang ada di sekitarnya bertambah menjadi baik. Amin.
Oleh: Agus Sholahuddin (Manajer Masjid Al-Birru Pertiwi)