Sholat Gerhana Bulan di Masjid Al-Birru Pertiwi
albirrupertiwi.com Ratusan masyarakat Bojonegoro baik laki-laki maupun perempuan, berduyun- duyun datang ke Masjid Al-Birru Pertiwi, Rabu (31/1/2018) malam, untuk melaksanakan Salat Gerhana.
Salat dua rakaat itu dimulai sekitar pukul 19.45 WIB dengan Imam, Ustadz M. Husnul Wadi’ Al-hafidz dan Khotib, Ustadz Agus Sholahuddin, M.HI selaku Manager Masjid Al-Birru.
Untuk memberikan kenyamanan kepada para Jama’ah Takmir masjid menyediakan konsumsi berupa serabeh ketan. Menurut Anwar Sahadat -selaku kabid admiistrasi Masjid Al-Birru Pertiwi- bahwa takmir menyediakan 300 serabih ketan untuk jamaah, akan tetapi jamaah yang datang lebih dari 300 orang, sehingga ta’mir menambah konsumsi berupa roti 100 biji untuk jamaah yang tidak mendapatkan serabih ketan.
Banyaknya jamaah yang datang untuk ikut sholat gerhana mungkin dikarenakan 3 hari sebelum pelaksanaan sudah banyak berita dan anjuran untuk mengadakan sholat gerhana bulan baik di masjid maupun di musholla. Dan berita tentang najuran dan tata sholat gerhana bulan itu menjadi viral di media social.
Melihat fenomena tersebut, maka kurang dari 3 hari dari pelaksanaan Takmir masjid membuat gambar / meme tentang ajakan untuk sholat gerhana bulan berjamaah di masjid al-birru pertiwi yang dishare via facebook dan Group Whatsap, dan ternyata respon dari jamaah sangat antusias sekali untuk mengikuti rangkain sholat gerhana di masjid al-birru pertiwi.
Dalam pelaksanaan sholat gerhana dilakukan dengan 2 rakaat. Setiap 1 rakaat terdapat dua kali baca fatihah, dua kali baca surat panjang, 2 kali ruku dan 2 kali sujud. Pada setiap rakaat tersebut imam membaca surat yang panjang sekali yaitu pada rakaat pertama membaca surat al-baqarah dan ali imran dan pada rakaat kedua membaca surat al-nisa’ dan al-maidah.
Lalu setelah sholat selesai, Ustadz Agus Sholahuddin berkhutbah. Beliau menjelaskan, gerhana adalah bukti kebesaran Allah. Sehingga, Allah lah yang berhak mengatur fenomena alam tersebut. Selain itu, kejadian yang terjadi 2,5 tahun sekali itu menunjukan bahwa kekuasaan manusia sangatlah kecil sekali, dibanding dengan kekuasaan Allah SWT.
Ia juga menjelaskan, gerhana bulan bukanlah suatu bertanda untuk memperingati sebuah hari kelahiran, hari kematian maupun keluarnya buto ijo, yang sering diceritakan masyarakat zaman dahulu. Akan tetapi, sebagai peringatan untuk lebih menanamkan sebuah rasa takut kepada Allah SWT.
“Di sisi lain, juga perbanyak shadaqoh. Karena, sebuah harta akan dipertanggungjawabkan pada hari akhir nanti,” pungkas Gus Sholah
Setelah semua rangkaian ibadah sholat gerhana dan khutbah selesai, para jama’ah baru diberikan konsumsi berupa serabih ketan dan roti lalu mereka diajak menyaksikan gerhana bulan di serambi masjid, tapi sayang saat itu cuaca mendadak mendung dan bulan tidak bisa dinikmati oleh jamaah..